Budaya Indonesia
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Berbagai
aspek kebudayaan Indonesia: Bendera
Merah Putih, Wayang Kulit, Garuda Pancasila, Keris, Nusantara, Candi Borobudur, tarian Papua, Masjid Raya Baiturrahman, Rumah Gadang Minangkabau, ukiran kayu khas Toraja, Sate, Angklung, tari Pendet dari Bali, Tumpeng, Gamelan, serta Batik dan Songket.
Budaya
Indonesia adalah
seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun
kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Daftar isi
- 1 Kebudayaan nasional
- 2 Wujud kebudayaan daerah di
Indonesia
- 2.1 Rumah adat
- 2.2 Upacara Adat
- 2.2.1
Sumatera
- 2.2.2
Jawa
- 2.2.3
Kalimantan
- 2.2.4
Sulawesi
- 2.2.5
Nusa Tenggara
- 2.2.6
Maluku
- 2.2.7
Papua
- 2.3 Tarian
- 2.4 Lagu
- 2.5 Musik
- 2.6 Seni Gambar
- 2.7 Seni Patung
- 2.8 Pakaian Adat
- 2.9 Seni Suara
- 2.10 Seni Sastra
- 2.11 Makanan
- 2.12 Film
- 3 Referensi
- 4 Pranala luar
Kebudayaan nasional
Kebudayaan
nasional adalah
kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional
menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
“
|
Kebudayaan
nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya
dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya
upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai
bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan
nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan
Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi
Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199
|
”
|
Kebudayaan
nasional dalam pandangan Ki Hajar
Dewantara adalah
“puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada
paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan
daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum
nasional, serta bahasa
nasional. Definisi
yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya:
“yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa
mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan
nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan
kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia
jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Nunus Supriadi, “Kebudayaan
Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan
yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh
kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32
dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan
perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional
tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di
amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk
mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan
nasional. Kebudayaan
bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi
puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan
nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada
posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan
nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan
mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan
bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi
nasional.[1]
Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan
daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Berikut ini
beberapa kebudayaan Indonesia berdasarkan jenisnya:
Rumah adat
Rumah
gadang, rumah adat sumatera barat
- Aceh:
- Sumatera Utara:
- Sumatera Barat:
- Rumah Gadang
- Uma (Mentawai)
- Riau:
- Kepulauan Riau: Rumah Belah
Bubung
- Jambi:
- Bangka Belitung: Rumah Rakit
- Bengkulu: Rumah Bubungan Lima
- Sumatera
Selatan:
- Lampung: Nuwo Sesat
- Jakarta: Rumah Kebaya (Rumah Bapang) dan Rumah Gudang
- Jawa Barat dan Banten: Rumah Kesepuhan
- Yogyakarta: Bangsal Kencono
- Jawa:
- Joglo (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
- Tanean
Lanjhang
(Madura)
- Bali: Gapura Candi Bentar
- Nusa Tenggara Barat: Rumah Dalam Loka Samawa (Lombok)
- Nusa Tenggara Timur:
- Kalimantan
Barat: Rumah Panjang
- Kalimantan
Selatan :
Rumah
Banjar
- Kalimantan
Tengah: Rumah Betang
- Kalimantan
Timur: Rumah Lamin
- Kalimantan
Utara: Rumah Baloy
- Sulawesi
Selatan:
- Bola Soba (Bugis Bone)
- Balla Lompoa (Makassar Gowa)
- Sulawesi Barat: Tongkonan (Tana Toraja)
- Sulawesi
Tenggara:
- Sulawesi Utara: Rumah Bolaang Mongondow
- Sulawesi Tengah: Souraja
- Gorontalo:
- Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)
- Maluku Utara: Sasadu
- Papua: Honai
- Papua Barat:
Upacara Adat
Upacara adat
merupakan suatu bentuk tradisi yang bersifat turun-temurun yang
dilaksanakan secara teratur dan tertib menurut adat kebiasaan masyarakat dalam bentuk suatu rangkaian aktivitas
permohonan sebagai ungkapan rasa terima kasih. Selain itu, upacara adat
merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan masyarakat yang mempunyai
nilai-nilai universal, bernilai sakral, suci, relijius,
dilakukan secara turun-temurun serta menjadi kekayaan kebudayaan nasional.
Unsur-unsur
dalam upacara adat meliputi: tempat upacara, waktu pelaksanaan,
benda-benda/peralatan dan pelaku upacara yang meliputi pemimpin dan peserta
upacara.
Jenis-jenis
upacara adat di Indonesia antara lain: Upacara kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan, pemujaan, pengukuhan kepala suku dan sebagainya.
Beberapa
upacara adat tradisional yang dilaksanakan masyarakat antara lain:
Sumatera
- Peucicap di Aceh
- Peusijuek dapu di Aceh
- Peutron Aneuk di Aceh
- Tabuik di Sumatera Barat
- Balimau di Sumatera Barat
- Makan bajamba di Sumatera Barat
Jawa
- Seren taun di Jawa Barat
- Mitoni, tedak siti, ruwatan, kenduri, grebegan di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur
- Dugderan oleh masyarakat Semarang
- Kasodo oleh masyarakat Tengger
Kalimantan
- Ritual tiwah masyarakat Dayak Kalimantan
Tengah
- Aruh baharin di Kalimantan
Selatan
Sulawesi
- Mapasilaga tedong suku Toraja
- Rambu solo suku Toraja
Nusa Tenggara
- Ngaben di Bali
- Nelu bulanin di Bali
- Pasola sumba di Pulau Sumba
Maluku
- Kololi kie di Maluku Utara
- Pukul sapu di Maluku
- Abdau di Maluku
- Buka sasi lompa di Maluku
Papua
- Barapen atau Bakar batu di Papua
- Sanepen di Biak
Tarian
Tari
tradisional, bagian dari budaya daerah yang menyusun kebudayaan nasional
Indonesia
Tarian
Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya
dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap
melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian
khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia.
Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang
dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.
Untuk
keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam
berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi
ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat
terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari
rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua
kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.
Lagu
Lagu daerah
atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun
rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi
alias noname.
Lagu
kedaerahan mirip dengan lagu kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat
kedaerahan saja. Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa
daerahnya masing-masing seperti Manuk Dadali dari Jawa Barat dan Rasa Sayange dari Maluku.
Selain lagu
daerah, Indonesia juga memiliki beberapa lagu nasional atau lagu patriotik yang
dijadikan sebagai lagu penyemangat bagi para pejuang pada masa perang
kemerdekaan.
Perbedaan
antara lagu kebangsaan dengan lagu patriotik adalah bahwa lagu kebangsaan
ditetapkan secara resmi menjadi simbol suatu bangsa. Selain itu, lagu
kebangsaan biasanya merupakan satu-satunya lagu resmi suatu negara atau daerah
yang menjadi ciri khasnya. Lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf
Soepratman.
Musik
Gamelan
Identitas
musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya Zaman Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada abad
ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya
menggunakan instrumen perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan
berbeda-beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau Rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali
Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di
Indonesia yang
bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki
budaya dan seninya sendiri.[3] Indonesia memiliki ribuan jenis
musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan, angklung dan keroncong, sementara musik modern adalah pop dan dangdut.
Seni Gambar
Seni Patung
Pakaian Adat
Ulos yang
dipakai penari Sigale gale.
- Aceh
- Sumatera Utara:
- Ulos
- Suri-suri
- Gotong
- Gara Gara/Beka buluh
- Baru Oholu dan Õröba Si’öli (Nias)
- Sumatera Barat (Minang):
- Riau/Jambi (Melayu):
- Bangka Belitung
- Sumatera
Selatan:
- Lampung:
- Jakarta
- Baju Koko dan Caping
- Kebaya Encim/Hwa Kun dan Kembang Goyang
- Jawa:
- Batik
- Beskap dan Blangkon
- Kebaya
- Dodotan
- Baju Pesa'an (Madura)
- Kebaya Rancongan (Madura)
- Bali:
- Nusa Tenggara Timur:
- Kalimantan
Barat
- Kalimantan
Timur
- Sulawesi Utara (Minahasa)
- Sulawesi Tengah (Toraja)
- Sulawesi
Selatan
(Bugis/Makassar):
- Maluku
- Papua:
- Papua Barat:
Seni Suara
Seni Sastra
Sastra
Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia"
sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi
dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra
Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan
Indonesia. Sering
juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah
satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka
sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara
berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Makanan
Contoh
hidangan Indonesia khas Sunda; ikan bakar, nasi timbel (nasi dibungkus daun pisang), ayam goreng, sambal, tempe dan tahu goreng, dan sayur asem; semangkuk air dengan jeruk nipis
adalah kobokan.
Masakan
Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi berasal dari kepulauan
Nusantara yang
terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya
nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan
bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan
teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang terdapat pula
pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada
dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi
lebih kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan
Indonesia serta
pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat atau lontong (beras yang dikukus) sebagai
makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia namum untuk bagian timur lebih
umum dipergunakan juga jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar. Bentuk lanskap penyajiannya
umumnya disajikan di sebagian besar makanan Indonesia berupa makanan pokok
dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur disisi piring.
Film
Era awal
perfilman Indonesia ini diawali dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep
yang menayangkan berbagai film bisu.
Film pertama
yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan dirilis,
negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung
oleh aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada
tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.
Perfilman
Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di
negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada
saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain.
Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy Ratnasari.
Selain
film-film komersil, juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil
memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian
Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang
dimainkan oleh Christine
Hakim seperti Daun di Atas
Bantal yang
menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena
diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa
huruf R, Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali
kebangkitan film Indonesia. Festival
Film Indonesia juga
kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun.
Referensi
1. ^ Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan
Pranala luar
- Ragam Budaya Indonesia
- Pakaian Adat Indonesia
- Tarian Tradisional Indonesia
- Rumah Adat Indonesia
- Alat Musik Tradisional
Indonesia
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Budaya Indonesia
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Berbagai
aspek kebudayaan Indonesia: Bendera
Merah Putih, Wayang Kulit, Garuda Pancasila, Keris, Nusantara, Candi Borobudur, tarian Papua, Masjid Raya Baiturrahman, Rumah Gadang Minangkabau, ukiran kayu khas Toraja, Sate, Angklung, tari Pendet dari Bali, Tumpeng, Gamelan, serta Batik dan Songket.
Budaya
Indonesia adalah
seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun
kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Daftar isi
- 1 Kebudayaan nasional
- 2 Wujud kebudayaan daerah di
Indonesia
- 2.1 Rumah adat
- 2.2 Upacara Adat
- 2.2.1
Sumatera
- 2.2.2
Jawa
- 2.2.3
Kalimantan
- 2.2.4
Sulawesi
- 2.2.5
Nusa Tenggara
- 2.2.6
Maluku
- 2.2.7
Papua
- 2.3 Tarian
- 2.4 Lagu
- 2.5 Musik
- 2.6 Seni Gambar
- 2.7 Seni Patung
- 2.8 Pakaian Adat
- 2.9 Seni Suara
- 2.10 Seni Sastra
- 2.11 Makanan
- 2.12 Film
- 3 Referensi
- 4 Pranala luar
Kebudayaan nasional
Kebudayaan
nasional adalah
kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional
menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
“
|
Kebudayaan
nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya
dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya
upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai
bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan
nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan
Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi
Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199
|
”
|
Kebudayaan
nasional dalam pandangan Ki Hajar
Dewantara adalah
“puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada
paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan
daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum
nasional, serta bahasa
nasional. Definisi
yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya:
“yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa
mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan
nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan
kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia
jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Nunus Supriadi, “Kebudayaan
Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan
yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh
kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32
dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan
perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional
tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di
amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk
mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan
nasional. Kebudayaan
bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi
puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan
nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada
posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan
nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan
mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan
bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi
nasional.[1]
Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan
daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Berikut ini
beberapa kebudayaan Indonesia berdasarkan jenisnya:
Rumah adat
Rumah
gadang, rumah adat sumatera barat
- Aceh:
- Sumatera Utara:
- Sumatera Barat:
- Rumah Gadang
- Uma (Mentawai)
- Riau:
- Kepulauan Riau: Rumah
Belah Bubung
- Jambi:
- Bangka Belitung: Rumah Rakit
- Bengkulu: Rumah Bubungan Lima
- Sumatera
Selatan:
- Lampung: Nuwo Sesat
- Jakarta: Rumah Kebaya (Rumah Bapang) dan Rumah Gudang
- Jawa Barat dan Banten: Rumah Kesepuhan
- Yogyakarta: Bangsal Kencono
- Jawa:
- Joglo (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
- Tanean
Lanjhang
(Madura)
- Bali: Gapura Candi Bentar
- Nusa Tenggara Barat: Rumah Dalam Loka Samawa (Lombok)
- Nusa Tenggara Timur:
- Kalimantan
Barat: Rumah Panjang
- Kalimantan
Selatan :
Rumah
Banjar
- Kalimantan
Tengah: Rumah Betang
- Kalimantan
Timur: Rumah Lamin
- Kalimantan
Utara: Rumah Baloy
- Sulawesi
Selatan:
- Bola Soba (Bugis Bone)
- Balla Lompoa (Makassar Gowa)
- Sulawesi Barat: Tongkonan (Tana Toraja)
- Sulawesi
Tenggara:
- Sulawesi Utara: Rumah Bolaang Mongondow
- Sulawesi Tengah: Souraja
- Gorontalo:
- Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)
- Maluku Utara: Sasadu
- Papua: Honai
- Papua Barat:
Upacara Adat
Upacara adat
merupakan suatu bentuk tradisi yang bersifat turun-temurun yang
dilaksanakan secara teratur dan tertib menurut adat kebiasaan masyarakat dalam bentuk suatu rangkaian aktivitas
permohonan sebagai ungkapan rasa terima kasih. Selain itu, upacara adat
merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan masyarakat yang mempunyai
nilai-nilai universal, bernilai sakral, suci, relijius,
dilakukan secara turun-temurun serta menjadi kekayaan kebudayaan nasional.
Unsur-unsur
dalam upacara adat meliputi: tempat upacara, waktu pelaksanaan,
benda-benda/peralatan dan pelaku upacara yang meliputi pemimpin dan peserta
upacara.
Jenis-jenis
upacara adat di Indonesia antara lain: Upacara kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan, pemujaan, pengukuhan kepala suku dan sebagainya.
Beberapa
upacara adat tradisional yang dilaksanakan masyarakat antara lain:
Sumatera
- Peucicap di Aceh
- Peusijuek dapu di Aceh
- Peutron Aneuk di Aceh
- Tabuik di Sumatera Barat
- Balimau di Sumatera Barat
- Makan bajamba di Sumatera Barat
Jawa
- Seren taun di Jawa Barat
- Mitoni, tedak siti, ruwatan, kenduri, grebegan di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur
- Dugderan oleh masyarakat Semarang
- Kasodo oleh masyarakat Tengger
Kalimantan
- Ritual tiwah masyarakat Dayak Kalimantan
Tengah
- Aruh baharin di Kalimantan
Selatan
Sulawesi
- Mapasilaga tedong suku Toraja
- Rambu solo suku Toraja
Nusa Tenggara
- Ngaben di Bali
- Nelu bulanin di Bali
- Pasola sumba di Pulau Sumba
Maluku
- Kololi kie di Maluku Utara
- Pukul sapu di Maluku
- Abdau di Maluku
- Buka sasi lompa di Maluku
Papua
- Barapen atau Bakar batu di Papua
- Sanepen di Biak
Tarian
Tari
tradisional, bagian dari budaya daerah yang menyusun kebudayaan nasional
Indonesia
Tarian
Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya
dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap
melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian
khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia.
Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang
dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.
Untuk
keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam
berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi
ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat
terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari
rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua
kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.
Lagu
Lagu daerah
atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun
rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi
alias noname.
Lagu
kedaerahan mirip dengan lagu kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat
kedaerahan saja. Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa
daerahnya masing-masing seperti Manuk Dadali dari Jawa Barat dan Rasa Sayange dari Maluku.
Selain lagu
daerah, Indonesia juga memiliki beberapa lagu nasional atau lagu patriotik yang
dijadikan sebagai lagu penyemangat bagi para pejuang pada masa perang
kemerdekaan.
Perbedaan
antara lagu kebangsaan dengan lagu patriotik adalah bahwa lagu kebangsaan
ditetapkan secara resmi menjadi simbol suatu bangsa. Selain itu, lagu
kebangsaan biasanya merupakan satu-satunya lagu resmi suatu negara atau daerah
yang menjadi ciri khasnya. Lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf
Soepratman.
Musik
Gamelan
Identitas
musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya Zaman Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada abad
ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya
menggunakan instrumen perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan
berbeda-beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau Rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali
Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di
Indonesia yang
bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki
budaya dan seninya sendiri.[3] Indonesia memiliki ribuan jenis
musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan, angklung dan keroncong, sementara musik modern adalah pop dan dangdut.
Seni Gambar
Seni Patung
Pakaian Adat
Ulos yang
dipakai penari Sigale gale.
- Aceh
- Sumatera Utara:
- Ulos
- Suri-suri
- Gotong
- Gara Gara/Beka buluh
- Baru Oholu dan Õröba Si’öli (Nias)
- Sumatera Barat (Minang):
- Riau/Jambi (Melayu):
- Bangka Belitung
- Sumatera
Selatan:
- Lampung:
- Jakarta
- Baju Koko dan Caping
- Kebaya Encim/Hwa Kun dan Kembang Goyang
- Jawa:
- Batik
- Beskap dan Blangkon
- Kebaya
- Dodotan
- Baju Pesa'an (Madura)
- Kebaya Rancongan (Madura)
- Bali:
- Nusa Tenggara Timur:
- Kalimantan
Barat
- Kalimantan
Timur
- Sulawesi Utara (Minahasa)
- Sulawesi Tengah (Toraja)
- Sulawesi
Selatan
(Bugis/Makassar):
- Maluku
- Papua:
- Papua Barat:
Seni Suara
Seni Sastra
Sastra
Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia"
sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi
dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra
Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan
Indonesia. Sering
juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah
satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka
sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara
berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Makanan
Contoh
hidangan Indonesia khas Sunda; ikan bakar, nasi timbel (nasi dibungkus daun pisang), ayam goreng, sambal, tempe dan tahu goreng, dan sayur asem; semangkuk air dengan jeruk nipis
adalah kobokan.
Masakan
Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi berasal dari kepulauan
Nusantara yang
terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya
nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan
bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan
teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang terdapat pula
pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada
dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi
lebih kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan
Indonesia serta
pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat atau lontong (beras yang dikukus) sebagai
makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia namum untuk bagian timur lebih
umum dipergunakan juga jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar. Bentuk lanskap penyajiannya
umumnya disajikan di sebagian besar makanan Indonesia berupa makanan pokok
dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur disisi piring.
Film
Era awal
perfilman Indonesia ini diawali dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep
yang menayangkan berbagai film bisu.
Film pertama
yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng
Kasaroeng dan dibuat
oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan dirilis,
negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung
oleh aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada
tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.
Perfilman
Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara
sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada
saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain.
Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy Ratnasari.
Selain
film-film komersil, juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil
memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian
Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang
dimainkan oleh Christine
Hakim seperti Daun di Atas
Bantal yang
menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena
diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa
huruf R, Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali
kebangkitan film Indonesia. Festival
Film Indonesia juga
kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun.
Referensi
1. ^ Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan
Pranala luar
- Ragam Budaya Indonesia
- Pakaian Adat Indonesia
- Tarian Tradisional Indonesia
- Rumah Adat Indonesia
- Alat Musik Tradisional
Indonesia
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar