Kelangkaan gas LPG 3kg
Rizma:“ Kami menuntut agar Gubernur Lampung segera
turun tangan mengatasi kelangkaan ini,” kata Koordinator Aksi,
Rizma Yanthi, saat menyampaikan orasinya. Menurut Rizma, akibat kelangkaan gas elpiji tersebut,
rakyat terpaksa mengantre lama dan terkadang terjadi kericuhan. Selain itu,
sebagai konsekuensi kebijakan konversi energi beberapa tahun lalu, rakyat tidak
punya alternatif lain untuk bahan bakar.
Rizma :“Minyak tanah sangat terbatas dan harganya sangat mahal. Sementara
bahan bakar kayu susah didapatkan. Rakyat nyaris tidak punya pilihan dalam
situasi seperti ini,” katanya.
Rizma mendesak Gubernur Lampung, Sjahroedin ZP, agar serius mengatasi
persoalan ini dengan mengupayakan adanya penambahan kuota gas elpiji untuk
masyarakat dan menjamin harga elpiji di pasaran tetap sesuai dengan harga
eceran tertinggi (HET).
Tak lama setelah massa aksi menggelar aksinya, yakni sekitar pukul 12.00
WIB, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Tamben) Provinsi Lampung,
Prihartono, datang menemui massa aksi.
Oleh massa aksi, Prihartono diminta duduk di tengah-tengah massa sebelum
memulai dialog. Ia pun terpaksa memenuhi permintaan itu. Kepada massa, Kadis
Pertambangan dan Energi Lampung itu mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Lampung sudah memperkirakan akan terjadinya kelangkaan gas LPG tabung 3 kg di
pasaran sejak bulan Maret lalu.
Namun, kata dia, Pemprov berupaya mengantisipasinya dengan meminta
penambahan kuota 40 % lebih banyak dari tahun sebelumnya. “Tapi pemerintah
pusat justru malah mengurangi pasokan gas untuk Lampung,” ungkapnya.
Ia juga menuding kelangkaan gas elpiji di lampung juga didorong oleh aksi
para spekulan. Untuk mengatasinya, Prihartono menjelaskan, Pertamina dan
Pemkab/Pemkot sudah mulai melakukan operasi pasar dengan patokan harga eceran
tertinggi Rp.13.650. “Kami harap masyarakat bisa bersabar,” pintanya.
Mendapat penjelasan itu, massa aksi menyatakan tidak puas. Rakhmad Husein,
deputi politik PRD Lampung yang turut hadir di aksi itu, menimpali penjelasan
Kadis Pertambangan dan Energi Lampung itu. “Yang jelas, dalam beberapa tahun
terakhir rakyat dibuat bergantung pada gas LPG sebagai bahan bakar utama bagi
rumah tangga dan usaha mikro,” katanya.
Menurut dia, kelangkaan gas itu seharusnya tidak perlu terjadi jikalau
tatakelola migas kita tidak pro-neoliberal. “Kita ini punya sumber gas yang
melimpah. Bahkan, menjadi eksportir gas terbesar di dunia. Tetapi rakyat
sendiri menjerit-jerit kekurangan gas,” paparnya.
Rakhmad menegaskan, saat ini kekayaan gas Indonesia hanya dikangkangi oleh
6 perusahaan asing. Akibatnya, gas tersebut tidak digunakan untuk melayani
kebutuhan dalam negeri, tetapi justru diekspor murah ke negara lain dan
keuntungannya masuk ke kantong perusahaan asing.
Dalam aksinya, sebagai simbol protes, aktivis LMND dan SRMI menggelar aksi
teatrikal, yang menggambarkan betapa sulitnya rakyat mencari gas LPG tabung 3
kg di pasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar